About

Pages

Selasa, 12 Juni 2012

MENGENAL DAN MEMAHAMI WAWASAN KEDAERAHAN “tentang Banyumas”


Oleh : Eru Zain

            Masih ingatkah kita dengan ayat yang menurut para jumhur ahli tafsir alqur’an sebagai ayat yang pertama kali turun ?. ya.. . saya mengawali tulisan ini dengan mengingatkan kita tentang tuntunan alqur’an agar kita membaca “iqro”. Lalu apa yang di baca ? tulisan kah ? bukukah ? diktat kuliah,  atau membaca  ayat Alqur’an ?. sedikit kembali menengok tentang bagaimana dulu makna ayat tersebut diturunkan kepada Raslullah SAW, bahwa beliau SAW harus membaca kondisi di masyarakat di kota mekkah dan umunya kondisi umat manusia di seluruh dunia.  Sedikit merefleksikan saja terhadap kondisi kita hari ini.
Selayaknya seorang al akh mengetahui dan memahami kondisi dimana sekarang ia berdiam karena ada misi yang harus ia lakukan di bagian belahan yang sedang ia tapaki. Sekarang kita sedang berada di bumi kota kecil yang dinamakan Purwokerto Kabupaten Banyumas Jawa tengah. Keberadaan seorang al akh harus mampu merepresentasikan  harumnya semerbak Islam tuntunan hidup yang rahmatan lilalamin dengan cara memberikan manfaat sebanyak mungkin untuk umat. Untuk menjalankan misi ini kita perlu mengawal dan mengenal mad’u dan kondisi yang sedang di alaminya. Masih ingatkah apa ang pernah disampaikan ust. Hasan Albana dalam risalah pergerakan bahwa di mana saja seorang muslim berada maka di situlah letak tanah air dan hak serta kewajibannya selaku muslim harus terpenuhi dan inilah nasionalisme yang sejati. Namun saya hanya mengajak saja agar kita tahu dan paham kondisi di sekitar dimana kita berada, sebagai salah satu bekal untuk berdakwah dan menjalankan misi-misi risalh kenabian. So seberapa jauhkah kita selaku kader dakwah mengenal wawasan kedaerahan ? apakah kita hanya tahu tentang kampus saja ?. saya tuliskan beberapa info mendasar semoga bisa menjadi sebuah inspirasi juga untuk senantiasa bergerak dan melakukan perubahan-peubahan dan perbaikan-perbaikan.

Sejarah Banyumas

Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum`at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII. Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.
Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?

R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.  Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".

PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582
1.R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)

2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)

3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)

4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)

5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 – 1705

6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)

7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.

8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)

9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.

10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)

11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)

12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)

13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)

Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)

14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).

15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)

16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)

17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)

18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)

19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)

20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)

21. R. Budiman (1953 -1957)

22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)

23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)

24. R. Subagio (1960 -1966)

25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)

26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)

27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)

28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)

29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)

30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 - sekarang)

















Letak Geografis
Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di sebelah Barat Daya & merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Terletak di antara garis Bujur Timur 108 " 39` 17`` sampai 109" 27` 15`` & di antara garis Lintang Selatan 7" 15` 05`` sampai 7" 37` 10`` yang berarti berada di belahan selatan garis khatulistiwa. Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah :
  1. Sebelah Utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
  2. Sebelah Selatan:  Kabupaten Cilacap
  3. Sebelah Barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
  4. Sebelah Timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara
Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan & pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman & pekarangan, dan seba-gian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan. Bumi & kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar 3.400M & masih aktif. Keadaan cuaca & iklim di Kabupaten Banyumas karena tergolong di belahan selatan khatulistiwa masih memiliki iklim tropis basah. Demikian Juga karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari permukaan pantai/lautan maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak, namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4 derajat C - 30,9 derajat C.
Visi & Misi
VISI KABUPATEN BANYUMAS
MENYEJAJARKAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN KABUPATEN LAINNYA YANG TELAH MAJU, BAHKAN MELEBIHI


MISI KABUPATEN BANYUMAS
MENYEJAHTERAKAN RAKYAT BANYUMAS

   1.  Meningkatkan pembangunan berbasis kawasan disertai peningkatan infrastruktur, pemanfaatan potensi sumberdaya alam, pengelolaan lingkungan hidup secara optimal dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
   2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan benar (Good Governance), didukung aparatur yang bersih dan berwibawa, pelayanan prima, suasana kondusif dan demokratis, serta penegakan supremasi hukum.
 3. Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dengan menekankan pada pengembangan investasi berbasis sektor unggulan daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
   4. Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, berbudaya, beriman dan bertaqwa sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan.
Lambang Daerah
BAGIAN-BAGIAN DAN SUSUNAN "LAMBANG, MAKNA, BENTUK DAN MOTIF"

1.    Daun lambang

berbentuk bulat dan didalamnya berlukiskan dari atas ke bawah, melambangkan kebulatan tekad masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas dalam melaksanakan usahanya yang suci, ikut serta dalam revolusi bangsa Indonesia dalam mengejar cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.


a.Gunung Slamet

Berwarna abu-abu(kelabu) atau hitam dengan latar belakang warna biru di bagian atas dan warna hijau di bagian sebelah bawahnya.
NAMA SLAMET: mencerminkan harapan masyarakat di kabupaten Banyumas khususnya dan seluruh wilayah Indonesia umumnya agar supaya senantiasa selamat di dunia dan akhirat kelak dengan arti kata sesuai dengan Pancasila.
GUNUNG SLAMET: digambarkan sangat megah menjulang tinggi ke angkasa, melukiskan keagungan dan keteguhan yang dimiliki dan diamalkan oleh manusia masyarakat di Kabupaten Banyumas. Di gunung terdapat terdapat hutan lebat yang perlu dijaga agar tetap menghijau, mengingat fungsi hutan bagi daerah (hasta karana) yang bersifat: klimatologis, hidrologis, orologis, sosiologis, ekonomis, strategis, estetis, sanitair.
 
b.Sungai Serayu

Terletak melintang dengan warna kuning emas berlapis tiga yang dibatasi dengan baris gelombang sebanyak empat buah berwarna hitam.
NAMA SERAYU: mencerminkan harapan masyarakat di Kabupaten Banyumas khususnya dan seluruh Indonesia umumnya, agar supaya senantiasa RAHAYU atau selamat.
AIR SUNGAI SERAYU: sangat bermanfaat untuk pertaniandan usaha-usaha produksi serta usaha-usaha untuk kesejahteraan lainnya dari masyarakat Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Digambarkan tiga lapis gelombang maksudnya, bahwa sungai tersebut mengalir di tiga ex Kawedanan yaitu Banyumas, Sokaraja, Jatilawang.

c.Seludang (Mancung)

Berwarna cokelat dan manggar berwarna kuning emas yang tandanya terdapat 10 butir buah kelapa yang masih muda (bluluk) berwarna putih.kuning dan seluruhnya terletak di bagian bawah sebelah kiri. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil gula kelapa dan merupakan sumber salah satuusaha rakyat.

d.Setangkai/ranting cengkeh

Dengan tangkainya yang berbuah lima biji, cengkeh berwarna cokelat/kuning emas yang terletak di belahan bawah sebelah kanan. Berbuah lima diartikan Pancasila. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil cengkeh yang cukup besar.
e.Gada Rujak Polo

Berwarna hitam yang beruas lima buah, pinggiran lukisan yang ada di dalamnya merupakan batas ruas yang berwarna kuning. Merupakan senjata Raden Werkudara dengan sifat satria, jiwa pejuang yang gagah berani dan kuat yang dimiliki oleh orang Banyumas yang mengingatkan para tokoh dan pejuang Kabupaten Banyumas. Raden Werkudara bersifat jujur dan cablaka yang juga merupakan sifat orang Banyumas.
f.Sebatang pohon beringin

Pohon beringin yang mempunyai sulur enam buah dan rimbunan daun berupa tiga lapisan gelombang yang merupakan rangkaian 24 busur dengan susunan dari dalam keluar 4,6, dan 14 yang keseluruhannya berwarna putih dan terletak di tengah sebagai bayangan (di belakang gada rujak polo). Bermakna pengayoman, keadilan, dan kebenaran yang diusahakan dan menjadi cita-cita masyarakat Banyumas.

2.Surya sengkala:RARASING RASA WIWARANING PRAJA

Mengandung makna Tahun 1966 dan juga diartikan bahwa rasa yang serasi dari masyarakat  merupakan pintu gerbang untuk memasuki daerah atau negara yang dicita-citakan.Ditulis dengan huruf Latin berwarna emas di atas dasar yang berbentuk pita sebagai bayangan berwarna hitam dengan pelisir kuning emas.
Nama daerah "DAERAH KABUPATEN BANYUMAS" ditulis dengan huruf Latin berwarna kuning emas di atas dasar yang berbentuk pita berwarna merah pelisir warna kuning emas.

3.Pengapit lambang

a.Sebelah kiri:Setangkai bulir padi berbiji 17 (berwarna kuning emas)
b.Sebelah kanan:Ranting murbai 8 (berwarna hijau berpelisir warna kuning emas, berbuah delapan untai/buah berwarna merah dan kuning emas serta tangkainya berwarna kuning emas)
Menggambarkan dan bermakna Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perpaduan antara padi murbai dan gada rujak polo melambangkan hari depan rakyat Banyumas yang menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan antara bulir padi tujuh belas biji, murbai berdaun delapan, garis gelombang empat buah dan gada beruas lima adalah merupakan angka tanggal bersejarah, Hari Proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.
 
4.Makna Warna untuk motif gambar lambang daerah

a.Biru:kedamaian, terang

b.Hitam:keabadian,keteguhan,setia,konsekuen

c.Kuning emas:kemurnian dan ketinggian mutu, keluhuran

d.Hijau:kesuburan,kemakmuran

e.Merah:keberanian,dinamika

f.Putih:kesucian,kejujuran

Seni dan Budaya


A. AKSIMUDHA
Aksimudha adalah kesenian bernafas islami yang tersaji dalam bentuk atraksi pencak silat yang dipadu dengan tari-tarian dengan iringan terbang/ genjring. Pertunjukkan aksimudha dilakukan oleh delapan penari pria. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Wangon.

B. ANGGUK
Angguk adalah kesenian bernafas islami yang tersaji dalam bentuk tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Pertunjukkan angguk dilakukan oleh delapan orang pria.

C. APLANG atau DHAENG
Aplang atau dhaeng adalah kesenian bernafas islami serupa dengan angguk, pemainnya terdiri atas delapan penari wanita. Aplang masih berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas khususnya di wilayah Kecamatan Somagede.

D. BARITAN
Baritan adalah upacara kesuburan dengan menggunakan kesenian sebagai media utamanya. Hingga saat ini ada dua macam baritan yaitu baritan yang digunakan untuk tujuan memanggil hujan dan baritan untuk keselamatan ternak. Untuk memangil hujan biasanya digunakan berbagai macam kesenian yang ada seperti Iengger, buncis, atau ebeg. Adapun baritan untuk keselamatan ternak biasanya menggunakan Iengger sebagai media upacara. Baritan biasanya dilaksanakan pada mangsa Kapat (sekitar bulan September). Baritan untuk memanggil hujan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas, sedangkan baritan masih berkembang di wilayah Kecamatan Ajibarang.

E. BEGALAN
Begalan adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan. Begalan menggambarkan peristiwa perampokan terhadap barang bawaan dari besan (pihak mempelai pria) oleh seorang begal (perampok). Dalam falsafah orang Banyumas, yang dibegal (dirampok) bukanlah harta benda, melainkan bajang sawane kaki penganten nini penganten (segala macam kendala yang mungkin terjadi dalam kehidupan berumah tangga pada mempelai berdua).
Begalan dilakukan oleh dua orang pria dewasa yang merupakan sedulur pancer lanang (saudara garis laki-laki) dari pihak mempelai pria. Kedua pemain begalan menari di depan kedua mempelai dengan membawa properti yang disebut brenong kepang. Properti tersebut terdiri atas alat-alat dapur yang diberi makna simbolis yang berisi falsafah Jawa dan berguna bagi kedua mempelai yang akan menempuh hidup baru mengarungi kehidupan berumah tangga. Dalam pementasannya, kedua pemain begalan menari dengan diiringi gendhing-gendhing Banyumasan yang disajikan dengan menggunakan perangkat gamelan. Hingga saat ini begalan masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
Referensi : http://www.banyumaskab.go.id

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More