About

Pages

Rabu, 01 Agustus 2012

masih tentang dia#1

Berjalan lah ia, seorang pemuda dengan kepala tertunduk dan hati yang masih menyimpan rindu. menelusuri trotoar jalan multatuli jalan termegah di sini yang panjangnya mungkin hanya dua kilometer saja. bunyinya mungkin perpisahan atau apa lah, sulit sekali untuk di definisikan seperti hujan di kota bogor.baru saja berpisah beberapa menit tapi serangan-serangan rindu begitu ganas duduk di pundaknya.
ini bagian episode gerimis, ia harus berpisah. untuk bertemu lagi saja entah bisa atau tidak. ia harus pergi. sepertinya tugas telah usai ia kerjakan di kota kecil ini. namun seperti ada gunung yang ingin ia pangku untuk di bawa. sudahlah cukup malam itu hati mu menawarkan kepadanya untuk berpengantin sejenak bersama syahdu nya air mata di atas sajadah.
jika kerinduan ini boleh di tampilkan maka ia akan  mengungkapkanya dengan episode gerimis dan sembabnya air mata karena genangannya tertahan.

dan dulu pun pernah berjalan. ketika biru putih menghiasi langit dan pakaiannya. ia berjalan atas ketidak kuasaan akan berbagai hal yang belum sanggup untuk di lakukan. ia memilih kabur dan mengelak berderu ucapan bahwasanya ia hanya ingi berkasih dengan buku dan alat tulisnya saja. jalan yang satu tanpa ia mengert ikenapa harus menangisinya bahkan terang-terangan lagi. huh sebalnya. ini masa indah di angka tiga. namun aku sama sekali tak tertarik. walau kadang ia juga tak menampakkan yang ada di hati. bahwa ada suara yang waktu itu ingin sekali selalu menghiasi keheningan telinganya. berharap dia menyapanya dan bercengkerama berdua saja dan itu masih di bawah langit yang biru

berjalaln lah lagi ia. masih dalam episode gerimis. jalan yang satu lagi. ia tak mengenalnya. dasar bajingan. untuk berbicara di depannya saja kau tak mampu. kini ia yang dekat yang bisa kau ajak berbicara melalui jari-jari tangan mu. ia selalu mencuri pandangan di balik jendela di melihat ke ruang kelasnya yang ada di bawah. cukup episode gerimis yang tersenyum. akhirnya ia bisa berbicara banyak padanya setelah proses pertemuan yang tak di sangka.

tangan ini masih ingin membersamai ceritanya. namun tak kan mampu kecuali kenangan berlembar itu di bukanya tiap wajahnya yang mugkin telah usang bersama hentakan nafas malam yang dingin menggigil menunbggangi rongga dan punggungnya. kali ini tentang terdiamnya ia di atas genteng dan berbicara pada langit malam. ah sepertinya ia malu untuk mengakuinya. bahwa kini ia kembali terjatuh. di bagian yang ini bilang saja ia kandas dan mendapati tangannya yang bertepuk satu. maka jadilah ia bergila-gila menyukainya. namun setelah kau berani mengunkapkannya ia tetap saja seperti banjingan.sedikit sekali kau bersedih setelah mendengar kabar kepergiaannya untuk selamanya.

episodenya sampai di sini dulu karena gerimis di rumah sakit berubah menjadi badai yang mencekam... itu jalan ceritanya selanjutnya. dan masih berjalan menundk dn bersedih di bawah guyuran hujan malam... namun di situlah ada pintu yang membawanya menyalurkan rasa.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More