Malam
tadi, selepas isya. pemuda itu sengaja berjalan-jalan santai sendirian.
ia kali ini memilih hanya berjalan kaki dan membiarkan sepeda motor
yang biasa menemaninya beristirahat seharian lebih tak ia sentuh .
Menelusuri jalan kampus kemudian jalan HR Bunyamin dan bertandang
sejenak ke kosan kawannya di bilangan gunung sumbing itu pun hanya
sekedar untuk menanyakan pakaian yang ia titipkan beberapa hari lalu.
Melanjutkan menuju jalan Gunung Muria setelah menggesekan kartu ATM dan
mengambi beberapa lembaran uang kertas dari mesin itu. Ia berniat
melihat beberapa fenomena di yang ia temui berharap ada yang dapat
mencerahkan kondisi hatinya dan membawa angin inspirasi untuk di
goreskan. seperti biasa tak ada yang aneh yang didapat dari jalan
kakinya malam ini. ia hanya membayangkan jika malam itu gerimis tentunya
akan menjadi moment yang cukup membuat hatinya tersenyum. karena
berjalankaki bersama gerimis itu merupakan salah satu momen kesukaannya.
beberapa gerombolan mashasiswi yang sedang berjalan bersama dari
bagaimana cara mereka menobrl pemuda itu menyangka bahwa gerombolan itu
sepertinya mahasiswa baru. dan di beberapa kos-kosan yang ia lewati
beberapa diantara os-kosan itu terlihat merekaang sepertinya sedang asyk
membuat berbagai penugasan OSPEK karena besok memang waktu mereka untk
di ospek di fakltas mereka masing-masing. Setelah cukup berkeringat ia
berjalan maka pemuda itu memutukan untuk mampir di salah datu pedagang
kaki lima di pinggir stadion Grendeng dan ia memesan satubungkus nasi
goreng spesial. ya Spesial dan ternyata haraganya spesial pula Rp. 12
ribu cukup mahal untuk sebungkus nasi goreng di kota itu. Spesial itu
karena ia memesan nasi goreng pete ini mungkin kali yang ke empat selama
ia berada di kota ini. sampai detik itu tak ada hal yang berkesan yang
ia lalui. namun beberapa detik kemudian di sela waktu ia menunggui
makanan yang ia pesan selesai di sajikan.
Pemuda itu memandangi beberapa orang-orang yang melintas di jalan. ada yang berjalan kaki dan banyak pla yang berkendaraan sepeda motor bahkan beberapa mobil masih segan melintas. Ada yang sendirian dan banyak pula yang berpasangan mungkin mereka sepasang kekasih atau hanya sebatas teman saja. Yang jelas pemuda itu sedang sendirian. Pemuda itu masih memandangi jalanan berdebu. di seberang jalan di depan tempat fotokopi ia mandang lebih serius lagi sepertinya ada yang ia kenal. sepeda motor itu ia pandangi dari seberang jalan dan tak lama ia melihat dan benar ia bersama pemiliknya. Pemiliknya itu sekuntum bunga. sekuntum bunga yang beberapa kali pernah bertemu di rumah sakit. Jelas saja rumah sakit karena besok ia akan jadi Dokter muda...
Pemuda itu malu. Malu menatap sekuntum bunga. karena ia bunga haroki. satu kuntum dari banyaknya kuntum bunga-bunga haroki. Pemuda itu bukan apa-apa di bandingkan bunga haroki. bahkan i pemuda itu hanya tangan yang tak kekar baka untuk menopang dirinya saja. Salam ukhuwah dari pemuda itu . . . bersama senyum bintang. EruZain Purwokerto 6 September 2012.
Pemuda itu memandangi beberapa orang-orang yang melintas di jalan. ada yang berjalan kaki dan banyak pla yang berkendaraan sepeda motor bahkan beberapa mobil masih segan melintas. Ada yang sendirian dan banyak pula yang berpasangan mungkin mereka sepasang kekasih atau hanya sebatas teman saja. Yang jelas pemuda itu sedang sendirian. Pemuda itu masih memandangi jalanan berdebu. di seberang jalan di depan tempat fotokopi ia mandang lebih serius lagi sepertinya ada yang ia kenal. sepeda motor itu ia pandangi dari seberang jalan dan tak lama ia melihat dan benar ia bersama pemiliknya. Pemiliknya itu sekuntum bunga. sekuntum bunga yang beberapa kali pernah bertemu di rumah sakit. Jelas saja rumah sakit karena besok ia akan jadi Dokter muda...
Pemuda itu malu. Malu menatap sekuntum bunga. karena ia bunga haroki. satu kuntum dari banyaknya kuntum bunga-bunga haroki. Pemuda itu bukan apa-apa di bandingkan bunga haroki. bahkan i pemuda itu hanya tangan yang tak kekar baka untuk menopang dirinya saja. Salam ukhuwah dari pemuda itu . . . bersama senyum bintang. EruZain Purwokerto 6 September 2012.
0 komentar:
Posting Komentar