Postingan ini saya ambil dari perpaduan gerak jari yang di
setir oleh hati dan akal dalam sebuah percakapan sms. Sedikit di edit...
“Berkali-kali aku ingin melupakan dan tak mau lagi
berhubungan,, tapi ternyata susah.. Kadang
aku yang tak tahan.. Atau sebaliknya.. Dia bahkan pernah sampai hati
mengucurkan airmatanya.. Dia ingin sesuatu yang biasa saja.. Ya tapi aku tak bisa juga terus-terusan seperti itu.
Nanti mungkin akan berakibat besar..”
“Ternyata lelaki itu lemah dan perempuan itu kuat.. Bener
juga kata seorang kawan.... Mencintai dalam diam itu memang jauh lebih indah.
Sekarang aku justru tak berani mendekati dia. Sekedar bertegur sapa di jejaring
sosial saja harus pikir-pikir dulu, dan akhirnya tak jadi ku nyatakan. Akhirnya
malah belajar menghormati, belajar lebih tanggung jawab, belajar semangat,
belajar kesejatian, dan keikhlasan..”
“Namun, di mata sang maha berkehendak selalu ada yang
terbaik.. Dan karena itu pula terlahirlah pembelajaran menjadi seorang hamba..
Belajar dalam perjalanan yang misterius. Belajar mengemban amanah berupa rasa
yang Allah titipkan untuk hambaNya..Cahaya imannya kemudian menjadi pengingat
di setiap waktu..”
Mungkin ia seakarang sedang bersujud pada TuhanNya. Dan
pada saat itu pula aku mencintainya. Tak perlu waktu yang lama untuk
mencintainya namun hanya butuh membuka mata iman saja untuk melihat apakah ia
sedang rukuk dan sujud kepada Rabb semesta alam ini ?. Ia yang hadir bersama
tiupan angin di bulan Desember.
Satu Tuhan yang kita sembah. Dan satu matahari yang
menyinari tubuh kami. Dan kelak cinta ini adalah cinta yang rukuk dan sujud
pada sang pemilik cinta... tak usah ia mananti diriku ini. Tak perlu juga kau
merinduiku. Namun pada saat rasa itu datang maka marilah kita bertemu dalam
rukuk dan sujud kepada Tuhan kita. Pada saat itulah kau akan bertemu denganku
dan aku bertemu dirimu.
0 komentar:
Posting Komentar