Ah sepertinya lama sekali saya tidak
posting di blog ini. Oke, kali ini saya akan bercerita saja tentang sesuatu hal
yang mungkin lebay dan saya tulis pake
diksi lebay pula. Semata-mata untuk mengekspresikan dan menyegarkan kembali
siklus perasaan konon menulis adalah salah satu terapi kesehatan.
Ini tentang perasaan yang aku
sendiri pun kesulitan menggambarkan kerumitannya. Cinta memang seperti itu
tabiatnya membuat yang sederhana seakan rumit atau membuat yang rumit menjadi
sederhana. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ketika seorang lelaki
memutuskan untuk maju menawarkan proposal cintanya. Pemuda itu entah ia seperti
telah mengantungi sebuah nama di dalam hatinya. Nama yang sengaja jarang ia
buka dari ruang tertutup di dalam hatinya itu. Ia menganggap sudah saatnya ia
belajar untuk lebih bertanggung jawab dan lebih gentle. Maka inilah saatnya ia
mencoba memperjuangkan cintanya. Akhirnya ia mendatangi salah seorang yang ia
anggap berkewajiban untuk membantu memperjuangkan niatannya itu. Akhirnya ia di
sodorkan salah satu formulir biodata yang mungkin form itu juga biasa di sebut
proposal nikah. Pemuda itu pun mendapat berbagai ceramah sebagai bahan
pertimbangan. Di awal pemuda itu meminta pada orang itu (sebut saja M) untuk
menanyakan apakah gadis yang akan ia ajukan itu sudah siap untuk menikah atau
belum ?
Hari
berganti hari pemuda itu tetap dalam keadaan berharap agar gadis yang ia ingini
sudah siap pula untuk menikah. Setelah sekitar satu bulan berlalu tak kunjung
ada kabar dari M. Ada yang kurang etis memang, soalnya pemuda itu meminta
tolong kepada M padahal M sendiri belum beristri walau usianya jauh di atas
pemuda itu mungkin berbeda enam sampai tujuh tahunan. Setelah satu bulan
menunggu akhirnya pemuda itu memberanikan diri bertanya kepada M namun dengan
sedikit kecewa pemuda itu di buatnya. Ternyata M belum bisa mengakses informasi
gadis itu. Pemuda itu pun berusaha dan akhirnya mendapatkan nomor HP salah satu
orang terdekat gadis itu. Akhirnya pemuda itu pun kembali menunggu dan sekitar
dua bulan akhirnya M menghubungi pemuda itu dan memberikan kabar bahwa gadis
itu sudah siap untuk menikah walau gadis itu belum tahu bahwa yang menanyakan
hal itu adalah pemuda itu.
Pemuda
itu di minta untuk mengirimkan form yang dulu pernah di kasihkan kepadanya. Sekitar
dua pecan dari itu M menghubunginya kalau ada hal yang perlu di edit dan pemuda
itu pun mengedit dan mengirimkan kembali. Menunggu lagi… sekitar satu purnama
telah berlalu tapi tak ada kabar jua. Pemuda itu pun pernah menanyaan ke M
terkait perkembangannya. Namun M hanya bilang bahwa proposal pemuda itu telah
di terima oleh gadis itu. Dan pemuda itu di minta bersabar lagi dan menunggu
lagi apa yang akan di putuskan oleh gadis itu. Namun di tengah-tengah menunggu
pemuda itu di uji oleh ketahanan hatinya yang seakan sudah tak kuasa lagi
melakukan pekerjaan menunggu dan berharap. Hari berganti hari dan pecan-pekan
pun berlalu. Dari awal ia mengajukan kehendak itu di pertengahan bulan Pebruari
dan sekarang sudah bulan September, ternyata tak terasa sudah delapan bulan. Ia
menunggu selama ini dan belum dapat kabar apapun lagi kecuali kabar yang
katanya si gadis telah memegang proposal cintanya. Ia menunggu dari gadisnya
masih berstatus mahasiswi sampai sekarang katanya gadis itu telah lulus menjadi
seorang sarjana pendidikan bahkan katanya sudah mengajar di salah satu sekolah.
Ah semkain jauh saja ketertinggalan itu. Semakin jauh saja, dan pemuda itu
semakin minder bahkan ia sepertinya telah pasrah dan sedang mencari penghibur
untuk dirinya yang aku menganggapnya sedikit tragis untuk sebuah persaan yang
tergantung. Untuk maksud yang belum jua tercapai.
Jodoh
memang kehendak Allah namun takdir bertarung dengan doa di langit sana. Pemuda
itu pun tak tahu berapa lama lagi ia menunggu keputusan dari pihak gadis. Ia
pun telah tegas pada M jika memang di terima dan lanjut ya harusnya sekarang
giliran si gadisnya yang memberikan biodata. Jika tidak ya sudah berarti pemuda
akan lebih lapang dan menerima semuanya tanpa harus lama-lama menungu dan
banyak mengisi hati dengan harapan-harapan kosong.
Setiap
orang berhak atas keraguan begitupun dengan gadis itu ia berhak meragukan si
pemuda. Ia pun berhak menolaknya. Namun jika di gantungin seperti itu yah
kasihan si pemuda. Karena bisa saja si pemuda akan berpetualang kembali mencari
dan menemui cinta dan gadis yang di harapkannya. Sabarlah kawan, cinta memang
perlu perjuangan dan pengorbanan, mungkin selama ini ujian itu tak seberapa.
Kita harus yakin ujian yang menghadang kita tak lain adalah untuk mendewasakan
kita untuk menjadikan kita lebih berkualitas, menjadikan kita lebih bersyukur.
Ketahuilah dan tetaplah hidup bersama harapan sekecil apapun harapan yang kita
miliki. Namun dunia masih tetap memberikan keindahan
untuk mengobati, menutup dan menghibur kesakitan perasaan. Lihat mentari pagi
bukankah masih menghangatkan ? ketika senja bukankah masih ia menatapmu penuh
pesona? Lihat gunung pun masih bisa kau nikmati keindahan ? sabar akan
mengajarkan kita arti cinta yang sesungguhnya. Tetaplah berjihad karena jihad
harus lebih kau cintai dari mengejar seorang. Biarkan orang lain tak mengetahui
apa maksudmu. Bukan kah kau bermaksud ingin mempunyai pendamping hidup agar
jihadmu lebih berkualitas bukan ?
Gadis
tidak Cuma dia bukan ? seharusnya kau lebih bersyukur, bukan kah jumlah kaum mu
lebih sedikit jumlahnya ? berarti kau tak perlu khawatir… teruslah berjuang.
Dan kalau perlu kau lupakan gadis itu ? lupakan proses yang mencederai
perasaanmu. Dan kembalilah terbang dengan gagah menjadi seorang lelaki yang
terhormat namun tetap penuh kesederhanaan dalam hidup. Gadis yang seperti apa
yang kau mau ? yang beriman ? yang calon dokter ? guru?. Ah dunia ini luas.
Walaupun aku tahu kau adalah lelaki yang sederhana walau cita-cita amalmu tak
sederhana. Bintangmu mungkin sedang tak terang maka itulah justru yang akan
menyeleksi gadis yang benar-benar mencintaimu karena Allah sajalah yang akan
siap menerima dirimu.
0 komentar:
Posting Komentar