Oleh : Haerudin Muhammad Zain
Sebuah
kekaisaran yang mengisi lembaran hidupnya dengan episeode-episode heroik dan
Allah SWT meninggikan, memenangkan, membesarkan, menjayakan mereka dengan
kemuliaan Islam sekaligus sunatullah sampai ia runtuh. Dalam perjalanannya
Khilafah Ustmaniyah atau di dunia barat lebih di kenal dengan nama Ottoman ini,
senantiasa menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sejarah peradaban Islam.
Ia pun tak absen mengambil peran dan menunjukan eksistensi diri kepada dunia
Internasional di sekitaran abad ke-12 sampai abad 16. 643 Tahun Hijriah atau hampir enam setengah
abad atau di dalam hitungan kalender masehi 625 Tahun ( enam seperempat abad)
itulah usianya. Bahkan bisa di katakan bahwa khilafah Ustmaniyah ini memiliki
periode yang paling panjang dalam sederetan sejarah peradaban Islam. Ahmad Al-
Usairy setidaknya membagi usia panjang tersebut kedalam empat fase, yaitu :
1. Masa
kesultanan (699-923 H)
2. Masa
Khilafah (923-974 H)
3. Masa
Kelemahan (974 – 1171 H)
4. Masa
Kemunduran dan kemerosotan (1171 – 1342 H)
Karena
begitu panjang rentang waktu itu. Maka saya akan memfokuskan permasalahan yang
di alami oleh Khilafah Ustmaniyah setidaknya menyoroti di sekitar masa
kelemahan yaitu di sekitar abad ke-15 sampai akhirnya Khilafah Ustmaniyah
tumbang di awal abad ke-19. Semoga kita dapat mengambil ibrah sebanyak-banyaknya dari berbagai peristiwa yang terjadi yang
mengakibatkan menjadi musibah politik umat Islam karena rumah politik terbesar
umat Islam harus tumbang dan luluh lantah.
Episode
yang mengundang rasa ingin tahu saya lebih dalam adalah runtuhnya kekhalifahan
terakhir umat Islam. Ini merupakan bagian yang penting dan menarik, bukalah
lembaran nubuat hadits-hadits yang meramalkan masa depan umat Islam. Sebelumnya
nabi Muhammad SAW berbagi cerita kepada kita tentang membaca zaman. Beliau
memberitahukan kepada kita tentang fase-fase yang akan di lalui oleh umatnya.
Fase-fase itu adalah fase nubuwah kemudian khulafaurasyidin kemudian mulkan
‘adhan (penguasa yang menggigit) kemudian mulkan jabariyyan (penguasa yang
menindas) dan terakhir sebelum hari kiamat akan kembali hadir kehidupan dibawah
naungan Khilafah ‘ala minhajul nubuwah.
Banyak
para cendikiawan menjadikan keruntuhan Khilafah Ustmaniyah merupakan
berakhirnya fase zaman mulkan ‘adhan dan runtuhnya Khilafah Ustmaniyah juga adalah
awal baru memasuki fase zaman mulkan Jabariyyan, wallahu’allam. Namun jika kita
memang senantiasa membaca zaman kondisi umat Islam setelah runtuhnya Khilafah
Ustmaniyah adalah masa-masa yang menyedihkan bahkan begitu membuat sesak hati
kita. Hampir satu abad sampai di hari ini kita menyaksikan kondisi umat yang
semakin terpuruk semakin tertindas dan kemaksiatan semakin merajalela. Inilah
masa berkuasanya mulkan jabariyyan dan kita akan senantiasa menyaksikan dan
menjadi bagian di dalamnya dan entah sampai kapan hal ini akan berlangsung
hingga akhirnya janji beliau SAW tentang akan berdirinya kembali masa
kegemilangan (Khilafah ‘ala minhajul nubuwah) di akhir zaman mengakhiri
penderitaan umat Islam.
Kembali
kepada pembicaraan kita tentang fase kekhilafahan Ustmaniyah. Sedikit
menerangkan saja bahwa sebelum Ustmaniyah diberikan mandat memimpin umat Islam
(sebelum menjadi khilafah), Ustmaniyah adalah sebuah kesultanan. Apa itu kesultanan
? dan apa bedanya dengan khilafah ? Kita harus mengerti bahwa perbedaannya
terletak pada cakupan wilayah kekuasaan. Khilafah adalah sebuah rumah besar
umat Islam yang tentunya ketika menaungi umat ia menjadi pemegang kekuasaan
paling atas yang menguasai beberapa kesultanan dibawahnya. Dalam sejarah Islam
bahkan didalam aturan syar’i Khilafah tidak boleh ada lebih dari satu ia
senantiasa menjadi payung tunggal untuk semua umat Islam sedunia. Sedangkan
kesultanan adalah perpanjangan tangan kekhilafahan untuk mengatur pemerintahan umat
Islam yang semakin banyak dan letak geografis yang semakin luas dan suku-suku
yang memeluk Islam semakin banyak dan bervariatif. Khilafah mempunyai kekuasaan
untuk mengendalikan sebuah kesultanan. Intinya hanya untuk memudahkan kita saja
dalam mempelajari salah satu pelajaran tentang ilmu pemerintahan di dalam
Islam.
Setelah
Ustmaniyah mendeklarasikan diri sebagai khilafah hal ini karena memang suatu
kebutuhan karena pemerintahan khilafah yang ada telah menyerahkan kekuasaan
kepada ustmaniyah untuk menjadi khilafah. Tepatnya pada tahun 923 Hijriyah
secara resmi Khalifah Abbasiyah di Kairo mengalihkan kekuasaan Khilafah kepada
Ustmaniyah yang pada saat itu di pimpin oleh Sultan Salim I bin Beyzid (923-926
H) dan pada saat itu pula Sultan Salim I menjadi Khalifah umat Islam.
Waktu
berlalu kekuasaan yang di pegang Ustmaniyah mengalami kelemahan dan mengalami
kemunduran atau kemerosotan hingga akhirnya Khilafah tak ada lagi di muka bumi.
Ketika ditarik pembicaraannya kepada masa kehebatan Muhammad Alfatih yang
berhasil mensukseskan proyek 8 abad penaklukan konstantinopel kita bisa membaca
bahwa pada masa pemerintahan Muhammad Al Fatih adalah masih berada di masa
periode Utsmaniyah ketika fase belum menjadi Khilafah.
Apa
saja yang terjadi di fase masa kemunduran dan runtuhnya Khilafah Utsmaniyah ?
serta ibroh penting apa yang dapat kita ambil di dalamnya ?. InsyaAllah saya
akan bicarakan di lembaran-lembaran berikutnya tulisan ini.