“Sebuah telaah kritis kepemimpinan Banyumas”
Banyumas oh Banyumas, kini Banyumas telah hampir mengakhiri periode kepimimpinannya di periode ke 30 di bawah Bupati Mardjoko. Banyak yang menjadi perhatian saya sedikit menuangkan telaah kritis kinerja kepemimpinan Mardjoko-Hussein. Sebelum berbicara lebih dalam saya akan kutipkan visi misi pemerintahan eksekutif di kabupaten Banyumas yang di usung oleh Bupati Mardjoko hal ini akan menjadi bekal mendasar untuk menjadi parameter kinerja sekaligus kita akan melihat sejauh mana proses-proses itu di jalankan dan itu pula yang di usung dan didengungkan dalam kampanyenya menuju kursi nomor satu di Banyumas ketika dulu bergulat di Pilkada tahun 2008.
VISI KABUPATEN BANYUMAS
MENYEJAJARKAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN KABUPATEN LAINNYA YANG TELAH MAJU, BAHKAN MELEBIHI
MISI
1. Meningkatkan pembangunan berbasis kawasan disertai peningkatan infrastruktur, pemanfaatan potensi sumberdaya alam, pengelolaan lingkungan hidup secara optimal dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan benar (Good Governance), didukung aparatur yang bersih dan berwibawa, pelayanan prima, suasana kondusif dan demokratis, serta penegakan supremasi hukum.
3. Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dengan menekankan pada pengembangan investasi berbasis sektor unggulan daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
4. Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, berbudaya, beriman dan bertaqwa sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan.
4. Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, berbudaya, beriman dan bertaqwa sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan.
Saya mencermati bahwa visi yang di usung masih bergitu abstrak dan sarat akan keburaman sebuah visi. Perhatikan “menyejajarkan kabupaten banyumas dengan kabupaten lainnya yang telah maju, bahkan melebihi” secara sekilas dan mendasar di dalam visi tersebut ada komparasi yang sedikit janggal terutama di “kabupaten lainnya yang telah maju, bahkan melebihi”. Secara tidak langsung ada bentuk penghargaan rendah terhadap Banyumas itu sendiri. Komparasi kepada kaupaten yang lain yang lebih maju seakan –akan mengandung makna latah yang akan di gulirkan di dalam roda pemerintahan. Seperti tidak punya pandangan yang jelas untuk kemajuan Banyumas. Dan visi tersebut juga seperti mereduksi sebuah potensi besar yang mungkin tidak di miliki oleh kabupaten lain.
Itu hal kecil mungkin, tapi mari kita telusuri perjalanannya. Di misi yang pertama disana di usaha yang akan di gulirkan yaitu pembangunan berbasis kawasan. Baiklah sedikit mengkritisi saja mari kita tengok pembangunan Rumah sakit swasta Elisabeth ini telah di acc dan sudah memasuki masa penyempurnaan gedung dan fasilitas. Yang sangat aneh adalah kebijakan tata kota di kasus tersebut di seberang jalan tak jauh dari rumah sakit telah berdiri lebih dulu sebuah hotel megah dan diskotik yang jaraknya cukup berdekatan bayangkan saja di jalan yang sama akan kita dapati sebuah fenomena yang mungkin kita anggap sangat tidak bersesuaian dengan pembangunan yang berbasis kawasan. Belum lagi ternyata sekarang telah berkembang issue bahwa tepat di depan alun-alun yang menjadi simbol daerah akan di bangun tempat perbelanjaan modern yang sampai bertingkat-tingkat. Tentunya ini juga akan menjadi wajah kontras di kawasan pusat pemerintahan.
Di misi yang kedua yang menyinggung tentang good governance. Ada kebijakan yang perlu kita kritisi pula. Bahwa Bupati Mardjoko sangat sering mengganti-ganti posisi kepala-kepala SKPD dalam waktu yang begitu singkat. Hal ini menjadi suatu yang rancu ketika kita akan mengkajinya lebih dalam. Di dalam ilmu tata pemerintahan sebuah program yang sebelumnya telah dirancang dengan baik tentunya akan bermasalah ketika kepala SKPD sebentar-sebentar berubah. Baru tahap perencanaan misalnya langsung ada perubahan personel bagaimana program akan berjalan dengan baik. Kemudian dalam perencanaan dan realisasi anggaran pembelanjaan daerah banyak ketidak aturan disana. Atau banyak di dapati rencana anggaran yang realisasinya tidak begitu efektif kadang bahkan jauh sekali dari anka perencanaan. Padahal Good Governance selayaknya tidak demikian bukan?.
Untuk misi yang ketiga kita akan berbicara tentang pengembangan investasi d sektor pertumbuhan ekonomi. Namun dalam perjalanannya kita lihat program pengembangan investasi yang dulu menjadi bergaining iming-iming lezat ketika kampanye. Lihat apakah hari ini pengembangan investasi telah sukses ?. Sepertinya belum banyak berubah dan cenderung stagnan. Belum banyak perusahaan atau dari pihak lain yang telah berinvestasi di Banyumas. Sepertinya ini hanya janji belaka.
Kemudian di visi berikutnya yang berbunyi “Mewujudkan masyarakat yang cerdas, sehat, berbudaya, beriman dan bertaqwa sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan”. Saya menemukan sebuah fenomena menyedihkan di bidang pendidikan pada bulan ajnuari 2012 ada bencana angin besar yang menghancurkan beberapa bangunan di salah satu sekolah dasar yang letak posisinya tak jauh dari pusat kota Purwokerto. Berbulan-bulan pembangunan fisik gedung belum di wujudkan dan para siswa terpaksa belajar di rumah warga. Bahkan hal ini terjadi sampai menunggu Ujian Nasional sekolah dasar selesai. Begitu tragis bukan ? bayangkan berbulan-bulan, bukankah anggaran pendidikan adalah yang paling besar di banding anggaran yang lain.
Kemudian di bidang kesehatan saya mendapatkan fakta yang cukup mencengangkan pula. Ternyata kabupaten Banyumas mempunyai peringkat tinggi angka kematian ibu hamilnya bahkan peringkat tertinggi ke tiga se Jawa Tengah. Belum lagi dana jamkesda yang distribusinya melebihi perkiraan dari kuota jumlah masyarakat miskin yang ada. Tentang budaya, bukankah dulu sempat ramai di bicarakan kentongan yang jelas-jelas berasal dari Banyumas malah Purbalingga yang mengadakan event besar pergelaran kentongan sebagai bukati pengembangan nilai produk budaya.
Bukan bermaksud mengevaluasi, beberapa yang saya paparkan hanyalah bentuk telaah saja. Bisa saja evaluasi besar berada pada masyarakat Banyumas sendiri. Dalam logika demokrasi pimpinan yang berkuasa adalah interpretasi dari masyarakatnya sendiri karena masyarakatlah yang memilih langsung pemimpinannya. Kemudian berbicara tentang kesejahteraan maka selayaknya kita wujudkan bersama program-program positip yang telah di canangkan pemerintah dan kita kritisi pula jika ada kebijakan yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyatnya. bukan bermaksud pula untuk bersikap naif hanya menyampaikan beberapa kekurangannya saja. Namun saya pun tetap memberikan acungan jempol terhadap kinerja yang telah di optimalkan oleh pemerintahan kabupaten Banyumas untuk mensejahterakan masyarakatnya. Perhatian kita terhadap keberlangsungan program pembangunan di daerah merupakan bentuk perhatian kita juga terhadap pembangunan negeri ini. Apalai semenjak pemerintahan pusat mengamanahkan lebih amanat rakyat dengan adanya otonomi daerah. Tentunya ini menjadi sebuah peluang yang harus kita ambil sebaik-baiknya dalam mewujudkan cita bersama di negeri ini. Banyumas merupaka aset berharga bangsa ini. Banyak tokoh nasional terlahir di tanah ini. Jika kita gabungkan luas wilayah Cilacap dan Banyumas saja maka sudah sekitar 20% bagian dari propinsi Jawa Tengah itu sendiri. Bahkan kadang Banyumas menjadi sebuah sentral karisidenan BARLINGMASCAKEB.
Peran penting pemimpin begitu berharga disini. Alangkah bijaknya jika kita mampu memperhatikan permasalahan kepemimpinan ini. Karena ia merupakan tangan yang besar dan kuat yang mampu menopang dan mewujudkan perubahan-perubahan. Saatnya hari ini masyarakat tercederaskan tentang pentingnya peran pemimpin. Dan pemimpin pun perlu sekali peran-peran aktif dari masyarakatnya untuk mewujudkan cita-cita bersama. Tetaplah kita dalam sebuah semangat membangun semua itu dan janganlah terhenti untuk mewujudkan harapan-harapan menjadikan masyarakat dan negeri ini berada di puncak peradaban dalam suasana dan wilayah masyarakat yang madani.
Bersama Hujan Disudut utara kota Purwokerto, 21 Juni 2012
Eru Zain
0 komentar:
Posting Komentar