Oleh : Eru Zain
Mentari pagi tak mampu mendengar
Detak jantung yang merindu
Hangatnya menyelimuti bumi
Mengusir dinginnya sang malam
Serpihan rasa masih terdiam
Angin pun bertiup lirih
Mengikuti langkah rapuhku
Menuju jalan yang harus ku titi
Tanah yang diam tak mampu mendengar
Derap langkah dalam seribu mimpi
Dinginnya kini disentuh sang surya
Merubah dan mengusir kegersangan
Mimpi ini hanya udara untuk di hirup
Ranting yang bergetar tak mampu mendengar
Hanya merasa hembusan angin lirih
Getarmu mengubur daun-daun yang kering
Mengobati rintihan tanah bumi ini
Tetesan hujan yang deras tak mampu mendengar
Titik-titiknya mulai mengalirkan harapan
Menembus kerasnya bebatuan
Menyelinap dalam berbagai celah
Kawanku... itu hanya abad yang lalu
Kini negriku di penuhi hati yang keras
Di penuhi manusia rakus nan serkah
Rinduku...
Pada insan yang merasa
Insan yang mendengar
Dan insan yang melihat.
0 komentar:
Posting Komentar